Selasa, 23 Juni 2015

Gunung Putri


    Hari sabtu adalah salah satu hari favoritku, terdapat beberapa faktor yang membuatnya seperti itu. Selain karena jam kerja yang lebih cepat berakhir, walaupun sebenarnya tetap saja jam kerja yang kulakukan selama 4 jam 30 menit namun aku bisa pulang lebih cepat karena jam mengajarku yang ditarik menjadi lebih awal sehingga berdampak pada jam kepulanganku, hari ini aku telah menyusun jadwal bepergian dengan teman lamaku, kami akan melakukan perjalanan menaiki bukit di daerah Lembang Bandung. 
   Aku sangat antusias menyambut hari ini, walaupun pekerjaanku hari ini memakan waktu yang lebih lama karena harus mengurus acara foto bersama siswa kelas atas sehingga aku terlambat pulang kerja. Aku menyelesaikan pekerjaan pada pukul 17.00 WIB, dan langsung bergegas menghubungi temanku untuk menanyakan tempat berkumpul sebelum pendakian. Karena aku terlambat maka kumpul di rumah salah satu teman yaitu di daerah pajajaran gagal, sehingga temanku segera mengintruksikan untuk berkumpul di Universitas Pendidikan Indonesia, kampusku.
   Aku sampai di kampus pada pukul 17.30 WIB, segera ku telepon temanku yang tidak lama dijawab olehnya.
"Dik dimana?"
....................
"Ih aku kan ga pernah ketemu, orangnya gimana?"
...................
"Ya udah, kamu cepetan keburu magrib nih."
    Kututup percakapanku, dia mengabarkan dia sedang bersama temannya, yang hari itu ikut pendakian juga, untuk mengambil tenda di penyewaan tenda. Dia pun memintaku untuk bertemu dengan teman dari temannya yang belum pernah aku temui sebelumnya, dia hanya menyebutkan ciri teman barunya tersebut. Aku menunggu beberapa lama, tidak lama kemudian aku bertemu dengan dua orang perempuan yang persis dengan ciri-ciri yang diberikan dhika kepadaku.
"Hey, temennya Reska ya?" Sapa salah satu dari mereka.
"Reska? Reska temennya Dhika?" tanyaku, aku memang belum pernah bertemu Reska dan dua orang perempuan ini merupakan teman Reska.
"Iya, kamu udah lama?" tanyanya lagi.
"Belum ko, eh kenalin aku Dyah. Anak kampus sini juga jurusan PGSD, kalian anak sini juga? " Kenalku pada mereka yang langsung mereka sambut.
"Aku Desi, ini Leli. Kita anak UNPAD, aku doang sih hehe Leli sih udah lulus." Jawabnya.
"Oh angkatan berapa?" Lanjutku.
"2010, kamu 2011 ya? sama kaya Dhika?" tanyanya lagi yang diikuti dengan kumandang adzan dari masjid kebanggan kampusku.
"Iya, eh udah adzan kita sholat magrib dulu aja yuk.Kayanya dhika emang bakalan lama, ini aja masih di jl.Suci tadi aku telepon." Ajakku yang langsung di-iya-kan oleh mereka. 
    Kami beribadah sholat magrib dan menjamak sholat isya sekalian karena kami tidak tahu nanti kondisi bukitnya memungkinkan untuk sholat atau tidak, maksudku ketersediaan air disana. Setelah kami sholat di masjid kampus tiba-tiba handphoneku mendapat panggilan dari Dhika yang mengabarkan dirinya dengan Reska telah sampai di daerah sersan bajuri, setelah janjian di salah satu minimarket aku menutup telepon darinya dan mengajak Desi dan Leli untuk segera menyusul mereka berdua.
     Akhirnya kami bertemu di mini market di jl.sersan bajuri setelah sebelumnya aku salah minimarket karena terdapat beberapa minimarket di daerah sana. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju lembang, perjalanan yang dilakukan hanya ditempuh sekitar 40 menit yang kemudian kami parkir di salah satu warung yang sepertinya Dhika mengenal pemilik warung tersebut, mungkin karena dia sering kemari pikirku. Kami akhirnya melakukan pendakian yang hanya ditempuh selama 45 sampai 1 jam menurut perkiraanku karena tidak terlalu lama kami sudah sampai dipuncak, maklum ini hanya sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi sehingga sangat cepat menuju puncak. Yah ini lah puncak Gunung Putri, dipuncak aku, Leli, dan Desi menunggiu Dhika dan Reska mempersiapkan tenda untuk kami, dan setelah selesai kami menuju tempat berkemah dan menyalakan api. Yang menurutku sulit sekali karena sulitnya mencari kayu di hutan pinus ini, sehingga aku dan Dhika yang kebetulan mencari kayu, hanya menemukan beberapa ranting kecil yang cepat habis terbakar.
     Malam itu kami tidur, namun aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena kebiasaan begadangku mengerjakan tugas di malam hari selain itu aku tidak bisa tidur karena menahan buang air kecil. Beberapa kali Dhika menyuruhku untuk tidak menahan kencing dan memintaku untuk buang air di semak, tapi aku tidak terbiasa, hey ini pertama kalinya aku camping bukan di bumi perkemahan jadi butuh penyesuaian. Akhirnya saat menjelang pagi aku memutuskan untuk turun karena membutuhkan kamar mandi, selain itu adzan subuh telah berkumandang aku ingin melakukan sholat subuh. Aku meminta dhika mengantarku, namun dia meminta jalan memutar menuju ke arah puncak, aku iya-kan saja toh aku tidak tahu jalan. Saat aku mencapai puncak Ya Rabbi aku sungguh diberikan keindahan oleh yang maha kuasa dan rasa ingin buang airku hilang tidak tahu kemana, bagaimana tidak pemandanganku saat ini adalah sun rise yang demi apapun indah sekali. Akhirnya Dhika mengajakku untuk solat di puncak dengan wudhu air mineral yang kuusahakan dihemat karena persediaan air minum kami sedikit. Setelah Sholat, kami asyik mengabadikan moment tersebut dengan kamera yang beberapa saat kemudia Desi, Leli, dan Reska mengekorku dengan dhika untuk ikut berfoto. Berikut beberapa foto yang kami dapat saat dipuncak:
Itu adalah siluetku, yang diabadikan oleh kamera Dhika dan foto ini tanpa editan asal kalian tahu hehe. Indah bukan? Lihat sekarang aku diatas awan:

Reska tidak meu ketinggalan meminta untuk difoto oleh dhika, dengan kameranya foto Reskapun didapatkan oleh Dhika dengan mudah, berikut fotonya:

Aku pun sempat melakukan selfie, mengingat hal tersebut sepertinya seru untuk dilakuakan bersama teman-temanku:
kiri ke kanan: Reska, Dhika, Aku.
    Sebenarnya masih banyak foto-foto lainnya yang lebih hebat, namun aku hanya berniat membagikan hanya beberapa. Setelah kami puas dengan foto-foto dipuncak, kami membagi tugas. Aku dan Dhika turun untuk mengambil persedian air, sementara Desi, Leli dan Reska memasak sarapan untuk kami. Setelah melaksanakan sarapan, kami memutuskan untuk bersih-bersih seperti kata temanku "jangan meninggalkan apapun selain jejak, dan jangan mengambil apapun selain foto." maka kami berniat membersihkan serta membakar sampah yang kami hasilkan. Saat pulang kami sempat melakukan foto kembali, berikut adalah foto yang lagi-lagi diambil oleh Dhika:

                                        
kiri ke kanan: Aku, Desi, Leli, Reska.

   Akhirnya setelah kami turun menuju warung tempat parkir kami semula, kami memutuskan untuk langsung pulang ke rumah masing-masing. Hari itu adalah hari pertamaku hiking, oh thanks to Dhika karenannya aku mendapatkan teman baru Desi, Leli dan Reska serta mendapatkan sunrise pertamaku di puncak sebuah gunung walaupun yaaaah gunung yang belum terlalu tinggi tapi keindahahannya sungguh tidak bisa diabaikan.



Selasa, 15 Mei 2012

Perkembangan Fisik dan Intelektual Remaja


Masa remaja merupakan  masa yang masih labil dan berada dalam titik rawan manusia. Masa remaja berada dalam masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa pancaroba ini memungkinkan adanya ketidakjelasan arah pemikiran dan tingkahlakunya. Kadang menampilkan diri dengan sikap yang seakan-akan sudah dewasa, tetapi, sebenarnya secara mental belum matang dan siap menerima keadaan dirinya sebagai orang dewasa. Tetapi pada saat yang sama, kadang berlaku kekanak-kanakan jika sedang atau dipaksa menghadapi permasalahan hidupnya secara mandiri.

A.    Batas Masa Remaja
Terdapat berbagai pendapat mengenai batas dan ukuran tentang kapan mulainya dan kapan berakhirnya masa remaja itu. Menurut Harold Alberty (1957:86) periode masa remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya masa dewasanya. Para ahli umumnya sependapat bahwa rentang masa remaja berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang. Batas masa remaja Menurut Kartono (1990), dibagi tiga yaitu :
1.      Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
2.      Remaja Pertengahan  (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri.Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.
3.      Remaja Akhir  (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
B.     Makna Masa Remaja
Fenomena perubahan-perubahan psikopisik yang menonjol terjadi dalam masa remaja, baik dibandingkan masa-masa sebelumnya maupun sesudahnya, mengundang banyak tafsiran.
1.      Freud, menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitive karena perpaduan hidup seksual yang banyak bentuknya dan infantile (sifat kekanak-kanakan)
2.      Charlote Buhler, menfsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi mengisi.
3.      Spranger, menafsirkan masa remaja itu sebagi suatu masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental ialah kesadaran akan aku, berangsur-angsur menjadi jelas tujuan hidup, pertumbuhan kearah dan kedalam berbagai lapangan hidup.
4.      Hoffman, menafsirkan bahwa masa remaja itu merupakan suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu. Perkembangan fungsi-fungsi psikofisiknya pada masa remaja itu berlangsung amat pesat sehingga dituntut kepadanya untuk melakukan tindakan-tindakan integratif demi terciptanya harmoni diantara fungsi-fungsi tersebut didalam dirinya.
5.      Conger, menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of time.

C.    Ciri-ciri Masa Remaja
Seperti halnya dengan emua periode yang penting selama rentan kehidupan, masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri masa remaja tersebut  adalah:
v  Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting
Ada beberapa periode yang lebih penting daripada lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku dan ada lagi yang penting karena akibat-akibat jangka panjang penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis yang periode remaja kedua-duanya sama penting.
Dalam membahas akibat fisik pada masa remaja, Tanner mengatakan bahwa sebagian besar anak muda, usia antara 12-16 tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan fisik dan mental yang cepat pada mas remaja menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
v  Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan
Peralihan tidak terputus dengan atau berubah dariapa yang terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan, status tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.
v  Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik selama awal masa remaja ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat. Perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
Ada 4 perubahan yang sama yang hampir bersifat universal.
1.      Meningginya Emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
2.      Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diarapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan, menimbulkan masalah baru.
3.      Berubahnya minat dan pola perilaku, menyebabkan nilai-nilai juga berubah.
4.      Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap sistem perubahan.
v  Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah
Pada masa remaja terkadang memiliki masalah yang sulit diatasi, baik oleh laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan tersebut. Pertama, pada masa kanak-kanak, masalah anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru. Sehingga pada saat remaja mereka tidak berpengalaman dalam menyelesaikan masalah. Kedua, kerena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.
Seperti dijelaskan oleh Anna Freud bahwa banyak kegagalan, yang sering kali disertai akibat yang tragis, bukan karena ketidakmampuan individu melainkan karena kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya justru pada saat semua tenaganya dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal.
v  Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.
v  Masa Remaja sebagai Usia yang menimbulkan ketakutan.
Anggapan stereotif budaya bahwa remaja anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dam bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
v  Masa Sebagai Masa yang tidak Realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya / kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya.
v  Masa Remaja Sebagai Ambang Masa Dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa (Hurlock, ).

D.    Perkembangan Fisik, Psikomotorik, Intelektual, dan Bahasa Remaja
Secara umum perkembangan fisik, psikomotorik, kognitif, dan bahasa remaja dapat dirangkum kedalam suatu profil berikut ini.



Remaja Awal
Remaja Akhir
1.      Fisik dan perilaku Psikomotorik
Ø  Laju perkembangan secara umum berlangsung sangat pesat.
Ø  Laju perkembangan secara umum, kembali menurun, sangat lambat.
Ø  Proporsi ukuran tinggi dan berat badan kurang seimbang.
Ø  Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan tubu orang dewasa.
Ø  Munculnya ciri-ciri sekunder , disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis.
Ø  Siap berfungsinya organ-organ reproduktif seperti pada orang-orang yang sudah dewasa.
Ø  Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
Ø  Gerak-geriknya mulai mantap
Ø  Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan yang dicobanya.
Ø  Jenis dan cabang permainan lebih selektif da terbatas pada keterampilan yang menunjang pada persiapan kerja.
2.      Bahasa dan Perilaku intelektual
Ø  Berkembang penggunaan bahsa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing.
Ø  Labih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya.
Ø  Menggemari literatur yang bernapaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
Ø  Menggemari literatur yang bernapaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, ethis, religius.
Ø  Pengamatannya dan tanggapannya masih bersifat realisme kritis.
Ø  Lebih bersifat rasionalisme idealis
Ø  Proses berfikirnya sudah mampu mengoprasikan kaidah-kaidah logika formal dalam term yang bersifat abstrak.
Ø  Sudah mampu mengoprasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemapuannya membuat generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan komperhensif.
Ø  Kecakapan dasar intelektual umumnya menjalani laju perkembangan yang terpesat.
Ø  Tercapainya titik puncak kedewasaan, yang kemudian mungkin ada pertambahan yang sangat terbatas bagi yang terus bersekolah, bahkan mungkin menjadi mapan yang suatu saat menjalani deklinasi.
Ø  Kecakapan dasar khusus atau aptitudes mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan secara lebih jelas
Ø  Kecenderunga bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya.

Dalam masa remaja tarjadi berbagai perubahan yang terjadi, baik fisik, psikomotorik, intelektual, serta bahasa. Perubahan-perubahan yang terjadi sebaiknya diketahui dan dipahami oleh orang tua maupun guru agar dapat mengarahkan remaja dengan baik sehingga mencapai kedewasaan yang diharapkan.
Permasalahan yang timbul pada masa remaja mengkhawatirkan dan menimbulkan keprihatinan banyak pihak, mengingat dampaknya yang negatif apabila pada masa itu remaja gagal dalam mengendalikan sikap dan perilakunya.
Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut, salah satu hal yang seyogianya dipahami oleh orang dewasa adalah mengerti dinamika perkembangan remaja dan memahami permasalahan remaja serta upaya penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA

Nurihsan, Juntika dan Agustin, Mubiar. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:       Refika Aditama.
http://episentrum.com/artikel-psikologi/remaja/#more-213


Lingkungan Pendidikan


     Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja .Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, danmasyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. 
     Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mancapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada di luar lingkungan formal.

A.Pengertian Lingkungan Pendidikan
     Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda,daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
     Kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidupa lainnya.Lingkungan dibedakan menajdi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saat berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orangyang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. 
     Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papantulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
     Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbgai factor lingkunganyang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagailingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian darilingkungan sosial.

B.Jenis Lingkungan Pendidikan

a.Jenis Lingkungan Pendidikan
   Mengacu pada pengertian lingkungan pendidikan seperti tertulis diatas, maka lingkungan pendidikan dapat dibedakan atau dikategorikan menjadi 3 macam lingkungan yaitu: 
(1) lingkungan pendidikan keluarga; 
(2) lingkungan pendidikan sekolah ; 
(3)lingkungan pendidikan masyarakat atau biasa disebut tripusat Oleh KI Hajar Dewantara lingkungan ketiga disebut sebagai perkumpulan pemuda.

1.Lingkungan Pendidikan Keluarga
    Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertamadan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orangtua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik. 
    Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dansebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah berkembang dalam pendidikan keluarga. 
Pendidikan keluarga dapat diebdakan menjadi dua yakni :

A)Pendidikan prenatal (pendidikan sebelum lahir)
   Merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak belum lahir atau masihdalam kandungan. Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat. Sebagai contoh dalam masyarakat jawa dikenal berbagaimacam upacara adat selama anak masih ada dalam kandungan seperti neloni,mitoni. Selain upacara-upacara adat untuk menyelamati anak yang masih dalamkandungan dalam masyarakat jawa dikenal juga berbagai macam sirikan (hal-halyang harus dihindari) selama anak masih dalam kandungan.Dalam kehidupan yang lebih modern sekarang ini, terdapat pula model pendidikan prenatal. Seperti mendengarkan lagu-lagu klasik selama anak masih dalamkandungan, melakukan pemerikasaan rutin ke dokter kandungan ataumengkonsumsi nutrisi yang baik bagi si jabang bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal dalam kehidupan modern.Secara sederhana pendidikan prenatala dalam keluarga bertujuan untuk menjaminagar si jabang bayi sehat selama dalam kandungan hingga nanti pada akhirnyadapat terlahir dengan proses yang lancer dan selamat. 

B)Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
   Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga di mulai dari manusialahir hingga akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh darikeluarga merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hinggatentang ilmu agama.

Sama seperti pendidikan prenatal yang tujuan adalah menjamin manusia lahir ke dunia, pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadimanusia yang baik dan tidak mengalami kesulitan berarti selama proses manusiahidup. Bagaimana manusia bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar lingkungan keluarag sangat tergantung pada bagaimana proses pendidikan keluarga berlangsung. Dalam dunia modern seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga berlangsung tidak sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga dipengaruhioleh orang lain yang notabene bukan bagian dari keluarga. Ini bisa terjadi karenakesibukan orangtua maka orangtua lebih cenderung untuk menyewa orang lain untuk merawat (mengasuh) anaknya.

2.Lingkungan Pendidikan Sekolah
   Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga,terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karenaitu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia,sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan keluarga.Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola piker ekonomi yaitu efektivitas danefesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideology dalam proses pendidikan disekolah.

3.Lingkungan Pendidikan Masyarakat
   Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungankeluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulaiketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan beradadi luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikantersebut tampaknya lebih luas.Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

 b. Hubungan Antara Lingkungan Pendidikan dengan Proses Pendidikan Manusia 
     Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam
ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1.pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2.pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3.pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

C. Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia
    Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam
interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antar lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain tidak mungkin untuk berdiri sendiri.Terdapat hubungan timbale balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan.
    Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia.Lingkungan sekolah sebagai bekal skill dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkunganmasayarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri. Melihat hal diatas maka sudah selayaknya terdapat koordinasi antar lingkungansehingga terjadi keselarasan dan keserasian dalam menjadikan manusia yang berpendidikandan berkepribadian unggul.

  Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang bagaiamanasistem pendidikan di jalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga dipengaruhioleh lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat.Antara lingkungan pendidikan yang satu dan lingkungan yang lain yang disebut sebagai tripusat pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.
  Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal diperlukan
sebuah hubungan timbal balik yang yang erat maka diperlukan sebuah koordinasi antar lingkungan pendidikan. Dalam menentukan kirikulum lingkungan formal (sekolah) baiknyauntuk mepertimbangankan faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahkan kalaumemungkinkan melibatkan keluarga anak didik dan tokoh masyarakat dalam merumuskankurikulum pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA

Munib Achmad, dkk. 2007.
Pengantar Ilmu Pendidikan
Semarang. UPT MKK 
UNNES Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005.
Pengantar Pendidikan
Jakarta:  Rineka Cipta

Senin, 14 Mei 2012

Strategi Pembelajaran Menyimak


STRATEGI PEMBELAJARAN MENYIMAK
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan menyimak dan berbicara dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan, sedangkan keterampilan menulis dan membaca dikategorikan dalam keterampilan berbahasa tulis.
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan keterampilan menyimak dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Kegiatan menyimak dan berbicara tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, siswa dituntut untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria berikut.
1) Relevan dengan tujuan pembelajaran
2) Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
3) Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
A. Pengertian Menyimak
“Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. (Tarigan: 1983)
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya”. (Sabarti –at all: 1992)

B. Tujuan Menyimak
Kegiatan untuk mendapatkan informasi, berarti meningkatkan pengetahuan, berarti meningkatkan daya pikir (Sabarti –at all:1992):
1. Dasar belajar bahasa
2. Menunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis
3. Pelancar komunikasi
4. Menambah informasi/pengetahuan
C. Jenis-Jenis Menyimak
Menyimak ada berbagai macam jenis. Namun beberapa jenis tersebut dibedakan berdasarkan kriteria tertentu, yakni berdasarkan sumber suara, berdasarkan bahan simak, dan berdasarkan pada titik pandang aktivitas menyimak.
1)     Berdasarkan Sumber Suara
Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal listening atau menyimak antarpribadi.
Sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening.
Sumber suara yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut interpersonal listening.
2)     Berdasarkan Cara Penyimakan
Berdasarkan cara penyimakannya, menyimak dibagi menjadi dua ragam, yakni menyimak intensif dan menyimak ekstensif.
1.      Menyimak intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Dengan cara menyimak yang intensif, penyimak melakukan penyimakan dengan penuh perhatian, ketelitian, dan ketekunan, sehingga penyimak memahami secara luas bahan simakannya. Jenis menyimak seperti ini dibagi atas beberapa jenis, yaitu :
·         Menyimak kritis, bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara. Contoh: orang yang menghadiri seminar akan memberikan tanggapan terhadap isi seminar.
·         Menyimak introgatif, merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak. Contoh: seseorang yang diinterogasi oleh polisi karena telah melakukan kejahatan.
·         Menyimak penyelidikan, yakni sejenis menyimak dengan tujuan menemukan. Contoh: seorang yang masih diduga telah membunuh orang lain sedang diselidiki oleh polisi dengan mengutarakan beberapa pertanyaan yang harus di jawab. Maka polisi melakukan menyimak penyelidikan saat sang tersangka menjawab pertanyaannya.
·         Menyimak kreatif, mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.
·         Menyimak konsentratif, merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik. Contoh: saat mahasiswa melaksanakan tes TOEFL sesi listening, ia melakukan simak konsentratif agar dapat memahami maksud sang pembicara dengan tepat.
·         Menyimak selektif, yakni kegiatan menyimak yang dilakukan dengan menampung aspirasi dari penutur / pembicara dengan menyeleksi dan membandingkan hasil simakan dengan hal yang relevan. Contoh: menyimak acara televisi dan memilah-milah mana yang boleh ditonton oleh anak kecil dan mana yang dilarang.

2.      Menyimak ekstensif
Adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak siperti ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat:
·         Menyimak sekunder, yakni sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.Contoh : Ahmad sedang mencuci motor tanpa sadar ia mendengar Ibunya bercerita di teras dengan tetangganya.
·         Menyimak estetik, yakni penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku.
·         Menyimak pasif, merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak.Contoh : Tukang Becak yang biasa mengantar turis secara tidak langsung pandai berkomunikasi menggunakan bahasa asing.
·         Menyimak sosial, berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau dikatakan orang.
3)     Berdasarkan titik pandang aktivitas menyimak
1.      Kegiatan menyimak bertarap rendah
Kegiatan menyimak bertaraf rendah berupa penyimak baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-ucapan pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf rendah ini dikenal dengan nama silent listening.Contoh: siswa yang sedang mendengarkan penjelasan dari guru, yang hanya menunjukkan respon mengangguk, tersenyum, dan sebagainya.
2.      Kegiatan menyimak bertaraf tinggi
Aktivitas menyimak yang bertaraf tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan. Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama active listening.Contoh: setelah siswa menerima pembelajaran, secara bergantian siswa mengutarakan apa yang didapatnya pada hari itu.
4)     Berdasarkan taraf hasil simakan
Berdasarkan taraf hasil simakan, terdapat beberapa ragam, antara lain:
1.      Menyimak terpusat
Menyimak terpusat adalah menyimak suatu aba-aba atau perintah untuk mengetahui kapan harus mulai melaksanakan sesuatu yang diperintahkan.Contoh: ketika belajar membuat kue, saya selalu mendengarkan intruksi dari ibu kapan saya harus memasukkan telur, kapan harus mengeluarkan adonan dari oven, dan sebagainya.
2.      Menyimak untuk membandingkan
Penyimak menyimak pesan tersebut kemudian membandingkan isi pesan tersebut dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan.Contoh: kemarin sore, saya mendengarkan siaran berita yang memberitakan seorang siswa MAN yang kepergok membawa minuman kers ke sekolah. Setelah mendengar itu, saya kemudian membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan saya bahwa siswa MAN adalah siswa yang dikenal religi. Tapi hal ini berlawanan dengan berita yang saya dengarkan. Maka saya membandingkannya.
3.      Menyimak organisasi materi
Yang dipentingkan oleh penyimak disini ialah mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan pembaca, baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya.Contoh: saya mengikuti seminar proposal skripsi teman saya, berarti saya telah melakukan kegiatan menyimak organisasi materi karena saya tahu ide-ide yang disampaikannya.
4.      Menyimak kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dan ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.Contoh: ketika mengikuti seminar proposal skripsi, karena ada hal yang kurang bisa diterima dan dimengerti, maka saya meminta pada narasumber untuk menjelaskan maksudnya.
5.      Menyimak kreatif dan apresiatif
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.Contoh: suatu saat saya mendengarkan acara TV “hidup ini indah”. Setelah menyimak acara tersebut, saya jadi terinspirasi untuk menjadi seorang wirausaha sukses.
5)     Berdasarkan tujuan menyimak
Ada enam macam ragam menyimak berdasarkan tujuan menyimak, yakni:
1.        Menyimak sederhana, terjadi dalam percakapan dengan teman atau percakapan melalui telepon.
2.        Menyimak deskriminatif: Menyimak untuk membedakan suara atau perubahan suara.Contoh: orang yang marah mengeluarkan nada suara yang berbeda dengan orang yang sedang bergembira.
3.        Menyimak santai: Menyimak untuk tujuan kesenangan.Contoh: menyimak film, drama, komedi, dan sebagainya.
4.      Menyimak informatif: Menyimak untuk mencari informasi.Contoh: menyimak siaran berita, menyimak pengumuman, dan sebagainya.
5.      Menyimak literatur: Menyimak untuk mengorganisasikan gagasan.Contoh: membahas hasil penemuan.
6.      Menyimak kritis: Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara.Contoh: dalam debat terbuka, ada dua pihak yang saling meminta kebenaran atas topik yang dibahas.
6)     Berdasarkan tujuan khusus
1.      Menyimak untuk belajar
Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Contohnya: siswa yang menyimak penjelasan guru.
2.      Menyimak untuk menghibur
Penyimak menyimak untuk menghibur dirinya. Contohnya: menyimak film, drama komedi, dan sebagainya.
3.      Menyimak untuk menilai
Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan kemudian mengkaji, menguji, dan membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Contoh: menyimak fakta yang disiarkan di berita TV.
4.      Menyimak apresiatif
Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi materi simakan. Contoh: menyimak pembacaan puisi, cerpen, drama, dsb.
5.      Menyimak untuk mengomunikasikan ide dan perasaan
Penyimak memahami, merasakan gagasan, ide, dan perasaan pembicara. Contoh: orang yang sedang mendengarkan curahan hati sahabatnya.
6.      Menyimak deskriminatif
Menyimak untuk membedakan suara atau bunyi. Contoh: perbedaan suara orang yang sedang bergembira dan orang yang sedang marah.
7.      Menyimak pemecahan masalah
Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembaca. Contoh: seorang psikolog yang mendengarkan keluhan pasiennya dan berusaha memberikan solusi terhadap masalah pasien tersebut.
D. Beberapa Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan Sebagai Berikut.
1) Simak – Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
2) Simak – Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
3) Simak –Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
4) Identifikasi Kalimat Topik
Guru membacakan sebuah paragraf lalu siswa menuliskan kalimat topiknya
5) Pemberian Petunjuk
Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan cara guru memberikan sevuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid.
6) Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (1) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
7) Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan
E. Menyimak yang Efektif
Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak. Ketika para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif.menyimak yang lemah, dan menyimak yang kuat, sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk (2006:16) pada tabel berikut ini.
Menyimak yang Efektif
Menyimak yang Lemah
Menyimak yang Kuat
1.
Temukan beberapa area minat
Menghilangkan pelajaran yang “kering”
Menggunakan peluang dengan bertanya “Apa isinya untuk saya?”
2.
Nilailah isinya, bukan penyampaiannya
Menghilangkannya jika penyampaiannya jelek
Menilai isi, melewati kesalahan-kesalahan penyampaian
3.
Tahanlah semangat Anda
Cenderung berargumen
Menyembunyikan penilaian sampai paham
4.
Dengarkan ide-ide
Menyimak kenyataan
Menyimak tema inti
5.
Bersikap fleksibel
Membuat catatan intensif dengan memakai hanya satu sistem
Membuat catatan lebih banyak. Memakai 4-5 sistem berbeda tergantung pembicara
6.
Bekerjalah saat menyimak
Pura-pura menyimak
Bekerja keras, menunjukkan keadaan tubuh yang aktif
7.
Menahan gangguan
Mudah tergoda
Berjuang/menghindari gangguan, toleransi pada kegiatan-kegiatan jelek, tahu cara berkonsentrasi
8.
Latihlah pikiran anda
Menahan bahan yang sulit, mencari bahan yang sederhana
Menggunakan bahan yang padat untuk melatih pikiran
9.
Bukalah pikiran anda
Setuju dengan informasi jika mendukung ide-ide yang terbentuk sebelumnya
Mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda sebelum membentuk pendapat.
10.
Tulislah dengan huruf besar tentang fakta karena berpikir lebih cepat daripada berbicara
Cenderung melamun bersama dengan pembicara yang lemah
Menantang, mengantisipasi, merangkum, menimbang bukti, mendengar apa yang tersirat.

F. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Menyimak—Berbicara
Langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas tinggi dalam keterampilan menyimak berbicara berdasarkan strateginya adalah sebagai berikut :
1.        Strategi Menyimak Dan Berpikir Langsung (Mbl / Dlta(Direct Listening Thinking Activities))
a.         Pra Simak
Persiapan Menyimak :
  1. Pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan disimak, misalnya “Saat Sendirian di Rumah”.
  2. Berdasarkan judul tersebut guru menanyakan kepada siswa misalnya: “Bagaimana seandainya malam hari sendirian di rumah?”
  3. Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukkan gambar rumah yang gelap.
  4. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira isi cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu, bagaimana seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian? Dan sebagainya.
b.         Saat Simak
Guru Membaca Nyaring :
  1. Guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik dan hidup
  2. Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan prediksi dan tujuan pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Misalnya : “Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa yang terjadi kemudian, apa yang terjadi selanjutnya, dsb.”
  3. Setelah tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membacakan lagi. Dan mengulangi langkah di poin kedua sampai cerita selesai.
c.         Pasca Simak
Refleksi :
  1. Guru mengakhiri pembacaan cerita
  2. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali isi cerita dan guru meminta pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita, misalnya tentang watak tokoh, tentang alur, seting dan sebagainya secara lisan. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menunjuk siswa maju ke depan untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibacakan guru secara bergantian
2.        Strategi Pertanyaan Jawaban (Pj)
a.         Pra Simak
  1. Guru mengemukakan judul bahan simakan
  2. Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang akan dibicarakan
b.         Saat Simak
Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
c.         Pasca Simak
  1. Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung
  2. Setelah materi simakan selesai dibacakan guru memberi kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
  3. Guru mengadakan tanya-jawab dengan siswa.
  4. Siswa mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh, (bisa secara tertulis atau lisan).
3.Strategi Kegiatan Menyimak Secara Langsung/Kml Atau Dla (Direct Listening Activities)
a.         Pra Simak
Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam menyimak
b.         Saat Simak
Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.
c.         Pasca Simak
  1. Guru melakukan tanya jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang aktual.
  2. Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam menyimak.
G. Prinsip Peningkatan Menyimak
·         Tatap Muka
·         Fokus Pada Makna dan Bahan Penting serta Baru
·         Kegiatan Pemahaman
·         Kecermatan dan Analisis Bentuk
H. Tips Memilih Jenis Aktivitas Menyimak
1.      Jadikan bahasa yang digunakan dalam aktivitas menyimak lebih sederhana atau agak kompleks
2.      Lakukan aktivitas pra menyimak
3.      Berikan dukungan visual
4.      Rinci tahapan-tahapan kegiatan dalam merumuskan sub tujuan
5.      Kurangi aktivitas berbicara dan menulis
Referensi: